Thursday, November 6, 2014

WAYANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

WAYANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
DI SMA NEGERI 1 SRENGAT




MINI RISET OBSERVASI




 


















UNIVERSITAS NEGERI MALAG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
Maret 2014
A.      KONSEP PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 1 SRENGAT
SMA Negeri 1 Srengat adalah Sekolah Menengah Atas Negeri, yang terletak di Jalan Raya Bagelenan, Desa Bagelenan, Kec.Srengat,Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Indonesia. SMA Negeri 1 Srengat dikenal dengan julukan SMANGAT, yang merupakan akronim dari SMA Negeri 1 Srengat.  SMA Negeri 1 Srengat didirikan pada Juli 1981, Saat itu SMA Negeri 1 Srengat masih berkapasitas 3 kelas dan bertempat di SDN Srengat 1 sebagai tempat dilaksanakannya proses belajar mengajar. Pada awal rintisan tersebut, SMA Negeri 1 Srengat dipimpin oleh Bapak Soenarijadi, BA. dengan dibantu beberapa tenaga pendidik yang sebagian besar adalah guru tidak tetap.
Dalam sejarah panjang mengukir prestasi menjawab tuntutan jaman, SMAN 1 Srengat terus berbenah dalam kreatifitas dan kemandiriannya. Paras baru SMAN 1 srengat dengan taman indah dan rindang menunjang kenyamanan belajar. Semakin lengkapnya fasilitas sarana dn prasarana penunjang kegiatan siswa menambah kebonafitan SMAN 1 Srengat dalam mencetak figur intelektual bangsa. Dorongan semangat Bapak Kepala sekolah yang didukung oleh Bapak dan Ibu Guru beserta seluruh staf karyawan serta diiringi oleh kepatuhan dan kreativitas siswa, membuka jalan mulus untuk sukses menyulap teraihnya keberhasilan menjadi semakin luas. Fasilitas yang menunjang kemudahan SMAN 1 Srengat menggapai prestasi adalah kelengkapan sarana dan prasarananya, yaitu: 29 ruang kelas beberapa ruang dibangun bertingkat, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 2 ruang tata usaha, 1 ruang BK,1 ruang entry data,1 ruang musholla guru dan karyawan,  1 ruang laboratorium Kimia dan Biolagi, 1 laboratorium Fisika, 2 laboratorium Bahasa, 1 ruang laboratorium IPS, 2 ruang laboratorium Komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang multimedia, ruang sanggar PGK, 1 ruang sekretariatan OSIS, 1 ruang seni musik, 1 ruang seni tari, 1 ruang UKS, 1 ruang PMR, 1 ruang Pramuka, 1 ruang garasi mobil, 1 rumah , 3 kantin sekolah, 20 toilet, 2 tempat sampah yang representatif, 1 tempat parkir sepeda guru, 2 tempat parkir sepeda siswa yang luas dan masjid yang megah, besar, dan indah. Selain itu terdapat aula yang berfungsi ganda dengan kelas.
Dari sekian ruang kelas, sementara masing-masing ruang kelas XII telah terpasang LCD proyektor dan rencana akan dipasang keseluruh kelas X dan kelas XI. Keseluruhan ruang  tersebut di atas lengkap dengan peralatannya masing-masing. Fasilitas olah raga juga demikian lengkap dan memadai. Hal ini menjadikan SMA Negeri 1 Srengat selangkah lebih modern dengan sekolah lainnya

B.       KONSEP PEMBELAJARAN BERDASARKAN WAYANG DI SMA NEGERI 1 SRENGAT
SMA Negeri 1 Srengat merupakan sekolah menengah atas yang berada di kecamatan Srengat kabupaten Blitar provinsi Jawa Timur. SMA ini menjadi sekolah unggulan di kabupaten blitar dan notabene memberikan pengajaran tentang pelajaran sekolah baik formal maupun informal. Disana juga mengajarkan tentang berbudi pekerti luhur seperti yang ada dalam nilai-nilai dalam seni wayang. Dalam kaitannya dengan wayang di SMA yang kian lama kian kompleks ini masih ada yang menggunakan sarana wayang sebagai media pembelajaran, yaitu ibu Siti Fatimah, Spd. Beliau merupakan guru seni budaya dan guru ekstra menari dalam SMA Negeri 1 Srengat.
Dengan keberadaan wayang yang makin tersisihkan dengan kebudayaan lain. Dan kalah sainggnya wayang dalam media pembelajaran disbanding alat modern yang dianut oleh berbagai sekolah. Contohnya seperti media proyektor, Komputer. Tentu saja hal ini membuat keberadaan wayang tersisihkan. Namun jika dilihat dan diamati lebih lanjut. Media seperti tersebut hanya cocok dinegara maju seperti Amerika Serikat. Di Indonesia sepertinya belum bisa untuk menghadapi kemajuan teknologi. Dimana dengan adaya proyektor malah membuat pelajar bosan, karena harus melihat tulisan yang berderet deret. Beda halnya dengan wayang.
Wayang disini bisa dikatan, dengan seorang guru yang memainkan suatu barang untuk menjelaskan suatu materi atau pelajaran ataupun juga memainkan sebuah wayang adapun juga menceritakan tokoh pewayangan yang ada dalam wayang. Hal ini cenderung efektif dari pada hanya melihat di LCD Proyektor. Penggunaan wayang sebagai media pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bercerita. Guru cukup menceritakan kisah pewayangan yang mengandung nilai kebaikan serta mengajarkan karakter tokoh wayang tersebut untuk diteladani oleh siswa. Biasanya sambil memberikan materi tentang pelajaran seni budaya, ibu Siti Fatimah juga memberikan selingan cerita cerita pewayangan yang sikapnya erlu diteladani oleh siswa, sehingga siswa tidak jenuh dengan pelajaran yang dibawakannya. Dengan perantara cerita wayang ini, siswa bisa belajar berbagai karakter wayang yang pantas hingga yang kurang pantas diteladani sekaligus memupuk pengetahuan tentang khasanah budaya Indonesia.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh wayang sebagai media pendidikan karakter.
1.         wayang bersifat acceptable.
Artinya, wayang sendiri  merupakan bagian dari khasanah kebudayaan bangsa sehingga bisa diterima oleh semua kalangan, baik oleh guru maupun siswa. Sehingga budaya Indonesia bisa dilestarikan dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.
2.      wayang bersifat timeless 
Berarti tak lekang oleh waktu. Cerita pewayangan adalah cerita yang memiliki kesamaan dari waktu ke waktu. Adanya sifat ini membuat wayang sebagai media pembelajaran karakter dapat digunakan secara turun temurun pada generasi pelajar selanjutnya.”Oleh karenanya wayang dapat dimainkan kapan saja, sehingga wayang sangat cocok untuk media pembelajaran,” ujar ibu Siti Fatimah
3.   wayang ini tidak membutuhkan banyak biaya seperti media lain serta praktis  dan efisien.
Bercerita tentang wayang tidak membutuhkan fasilitas penunjang dalam bentuk apapun. Yang dibutuhkan hanyalah kemampuan guru dalam mengekpresikan cerita tersebut dalam kalimat yang apik agar mudah dimengerti oleh siswa.
Wayang adalah warisan budaya nasional yang patut dilestarikan oleh bangsa Indonesia. Penggunaannya sebagai media pendidikan karakter menjadi  komponen pendukung pembentukan karakter anak bangsa sekaligus mempertahankan eksistensinya sebagai budaya bangsa. Hal ini tentu akan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan menjaga kebudayaan wayang agar tidak hilang.

C.      MISI PEMBELAJARAN DALAM WAYANG DI  SMA NEGERI 1 SRENGAT
Wayang sebagai warisan budaya asli Indonesia harus diteruskan dan diwariskan dari generasi ke generasi”, ucap bu Fatimah. Hal ini tidak boleh terputus (kontinyu) dan dikembangkan dengan mengadopsi kemajuan teknologi dan budaya diluar wayang (konvergen) tetapi sifat budaya wayang tetap harus ada (konsentris).
1.      Kontinyu
Kebudayaan bersifat kontinyu, bersambung tak terputus-putus, berkembang maju, bukan loncatan terputus-putus dari titik asal.Loncatan putus akan menyebabkan suatu proses akan kehilangan pangkal asal untuk maju selanjutnya dan menyebabkan kesesatan karena kehilangan pegangan. Kemajuan suatu bangsa adalah lanjutan garis hidup asalnya yang ditarik terus dengan menentukan nilai-nilai baru dari bangsa sendiri maupun dari luar.
Sebagaimana halnya dengan wayang, sebagai medium pendidikan pengembangan wayang harus dilakukan, di SMA Negeri 1 Srengat ibu Siti Fatimah tetap mengusahakan untuk sesekali mementaskan sebuah wayang. Karena itu adalah seni dari bangsa Indonesia. Beliau tidak ingin melupakan seni yang ada di Indonesia, dan akhirnya akan terus ada (kontinyu)


2.      Konvergen
Konvergensi ini juga disebut sebagai dasar kemasyarakatan, yaitu sambung hubungan kita dengan masyarakat yang lebih luas. Semangat memencil dan penyakit “kemurni-murnian” atau isolasi dan purisme akan membawa ke kematian. Dalam konteks pendidikan wayang, pendidikan wayang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus berhubungan dengan pendidikan lainnya, Ibu Fatimah masih mencoba mengkobinaksikan dengan pendidikan Tehnik Informatika, namun hal masih diupayakan karena sulitnya untuk membuat figure wayang dalam pelajaran yang biasa dikenal TIK. Berbagai macam variasi wayang dalam kerangka seni modern yang menggunakan sentuhan teknologi secara jelas akan mengembangkan seni wayang itu sendiri. Termasuk wayang dari daerah lain akan sangat berguna untuk memupuk dan mengembangkan pendidikan di Indonesia

3.      Konsentris
Alam hidup manusia merupakan “alam hidup berbulatan” yang digambarkan sebagai lingkaran-lingkaran besar kecil yang semuanya bersatu titik pusat dimana orang duduk atau berdiri di atas titik pusat itu. Lingkaran terkecil adalah alam diri pribadi, lingkaran diluarnya adalah alam keluarga, lingkaran diluarnya yang lebih luas adalah alam bangsa dan kebangsaan, dan yang terluas adalah alam manusia dan kemanusiaan. Sama halnya dengan pendidikan wayang, keseluruhan aspek ataupun ranah, baik formal, informal, ataupun formal harus bersinergi satu sama lain untuk mempertinggi derajad kemanusiaan anak didik.
Dalam pelaksanaan pendidikan, dibagi menjadi windu, windu pertama sampai 8 tahun, windu kedua sampai 16 tahun, windu ketiga sampai 24 tahun, dan windu selanjutnya. Sehingga penanaman budaya Indonesia sendiri harus tetap dilakukan. Contohnya di SMA negeri 1 Srengat, yaitu dengan menuggunakan media barang yang di gerakkan (bisa disebut wayang) untuk tetap menjaga budaya di Indonesia. Walaupun hal ini tidak dilakukan setiap minggu karena keterbatasan waktu, model pengajaran menggunakan wayang sangat mengasyikan ujar salah satu siswa, karena hal itu menarik dan berbeda dengan media pembelajaran lainnya.
Untuk mendukung program wayang dalam ranah pendidikan formal, informal, dan nonformal diperlukan orang-orang yang mencintai wayang dan mampu melakukan transfer ilmu dan kecintaan pada wayang. Selanjutnya, perlu fasilitasasi, misalnya perangkat wayang, gamelan, dan tempat pentas. Hal tersebut merupakan hambatan yang menimpa SMA Negeri 1 Srengat, karena SMA ini tidak mempunyai sebuah set gamelan, ataupun seperangkat wayang. Adapun hanya segelintir wayang saja yang dimiliki guru pribadi. Teknologi bisa digunakan dengan membuat cerita atau gambar wayang melalui teknologi informasi yang saat ini sangat canggih, misalnya melalui teknik animasi, melalui media sosial facebook, twitter, email, dsb.
D.    EKSISTENSI WAYANG DI SMA NEGERI 1 SRENGAT
Dari hasil observasi yang dilakukan,saya bisa mendapatkan informasi tentang wayang sebagai media pembelajaran. Wayang disini bisa diartikan wayang kulit yang ada seperti pagelaran wayang kulit, atau bisa diartikan dengan seorang guru mempunyai alat peraga untuk menjelaskna kepada siswanya. Dari hasil obsevasi saya dapat saya sampaikan bahwa di SMA Negeri 1 Srengat terdapat salah satu seorang guru yang dapat mengaplikasikan wayang (dimana alat peraga) untuk menjadikan sebuah media pembelajaran dalam SMA Negeri 1 Srengat. Beliau juga pernah memperagakan sebuah wayang, tapi jarang dilakukan karena keterbatasan waktu unuk memperagakan sebuah pentas wayang di dalam kelasnya. Menurut beliau, wayang kulit merupakan media pembelajaran yang terbaik daripada media pembelajran LCD Proyektor. Dikarenakan wayang lebih bersifat kedaerahan dan merupakan media pembelajaran yang menarik, daripada LCD Proyektor yang cenderung membosankan karena harus melihat ke layar terus tanpa ada hal yang menarik,”Ujar Ibu Siti Fatimah “.

Namun dalam pemberian materi dalam bentuk wayang sangat sulit, karena belum cocoknya materi yang diajarkan dengan wayang kulit, beliau hanya kadang kadang mementaskan wayang sebagai sarana hiburan edukaif bagi siswanya. Beliau berharap untuk kedepannya , wayang kulit dapat dijadikan media pembelajaran nasional, sehingga bangsa Indonesia mempnunyai kebangga dalam media pembelajarannya. Dan juga beliau berharap kedepannya pemerintah lebih peduli tentang nasib wayang, terutama kemdiknas untuk memberikan UU tentang pelestarian wayang di sekolah,”pungkas Ibu Siti Fatimah.

No comments:

Post a Comment