WAYANG
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
DI SMA NEGERI 1 SRENGAT
MINI RISET OBSERVASI
UNIVERSITAS
NEGERI MALAG
FAKULTAS
EKONOMI
JURUSAN
PENDIDIKAN EKONOMI
Maret
2014
A. KONSEP PEMBELAJARAN DI SMA
NEGERI 1 SRENGAT
SMA Negeri 1 Srengat adalah
Sekolah Menengah Atas Negeri, yang terletak di Jalan Raya Bagelenan, Desa
Bagelenan, Kec.Srengat,Kabupaten Blitar, Jawa
Timur, Indonesia.
SMA Negeri 1 Srengat dikenal dengan julukan SMANGAT,
yang merupakan akronim dari SMA Negeri 1 Srengat.
SMA Negeri 1 Srengat didirikan pada Juli
1981, Saat itu SMA Negeri 1 Srengat masih berkapasitas 3 kelas dan bertempat di
SDN Srengat 1 sebagai tempat dilaksanakannya proses belajar mengajar. Pada awal
rintisan tersebut, SMA Negeri 1 Srengat dipimpin oleh Bapak Soenarijadi, BA.
dengan dibantu beberapa tenaga pendidik yang sebagian besar adalah guru tidak
tetap.
Dalam sejarah panjang
mengukir prestasi menjawab tuntutan jaman, SMAN 1 Srengat terus berbenah dalam
kreatifitas dan kemandiriannya. Paras baru SMAN 1 srengat dengan taman indah
dan rindang menunjang kenyamanan belajar. Semakin lengkapnya fasilitas sarana
dn prasarana penunjang kegiatan siswa menambah kebonafitan SMAN 1 Srengat dalam
mencetak figur intelektual bangsa. Dorongan semangat Bapak Kepala sekolah yang
didukung oleh Bapak dan Ibu Guru beserta seluruh staf karyawan serta diiringi
oleh kepatuhan dan kreativitas siswa, membuka jalan mulus untuk sukses menyulap
teraihnya keberhasilan menjadi semakin luas. Fasilitas yang menunjang kemudahan
SMAN 1 Srengat menggapai prestasi adalah kelengkapan sarana dan prasarananya,
yaitu: 29 ruang kelas beberapa ruang dibangun bertingkat, 1 ruang guru, 1 ruang
kepala sekolah, 1 ruang wakil kepala sekolah, 2 ruang tata usaha, 1 ruang BK,1
ruang entry data,1 ruang musholla guru dan karyawan, 1 ruang laboratorium
Kimia dan Biolagi, 1 laboratorium Fisika, 2 laboratorium Bahasa, 1 ruang
laboratorium IPS, 2 ruang laboratorium Komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang
multimedia, ruang sanggar PGK, 1 ruang sekretariatan OSIS, 1 ruang seni musik,
1 ruang seni tari, 1 ruang UKS, 1 ruang PMR, 1 ruang Pramuka, 1 ruang garasi
mobil, 1 rumah , 3 kantin sekolah, 20 toilet, 2 tempat sampah yang
representatif, 1 tempat parkir sepeda guru, 2 tempat parkir sepeda siswa yang
luas dan masjid yang megah, besar, dan indah. Selain itu terdapat aula yang
berfungsi ganda dengan kelas.
Dari sekian ruang kelas,
sementara masing-masing ruang kelas XII telah terpasang LCD proyektor dan
rencana akan dipasang keseluruh kelas X dan kelas XI. Keseluruhan ruang
tersebut di atas lengkap dengan peralatannya masing-masing. Fasilitas
olah raga juga demikian lengkap dan memadai. Hal ini menjadikan SMA
Negeri 1 Srengat selangkah lebih modern dengan sekolah lainnya
B. KONSEP PEMBELAJARAN
BERDASARKAN WAYANG DI SMA NEGERI 1 SRENGAT
SMA Negeri 1 Srengat merupakan
sekolah menengah atas yang berada di kecamatan Srengat kabupaten Blitar
provinsi Jawa Timur. SMA ini menjadi sekolah unggulan di kabupaten blitar dan
notabene memberikan pengajaran tentang pelajaran sekolah baik formal maupun
informal. Disana juga mengajarkan tentang berbudi pekerti luhur seperti yang
ada dalam nilai-nilai dalam seni wayang. Dalam kaitannya dengan wayang di SMA
yang kian lama kian kompleks ini masih ada yang menggunakan sarana wayang
sebagai media pembelajaran, yaitu ibu Siti Fatimah, Spd. Beliau merupakan guru
seni budaya dan guru ekstra menari dalam SMA Negeri 1 Srengat.
Dengan keberadaan wayang yang
makin tersisihkan dengan kebudayaan lain. Dan kalah sainggnya wayang dalam
media pembelajaran disbanding alat modern yang dianut oleh berbagai sekolah.
Contohnya seperti media proyektor, Komputer. Tentu saja hal ini membuat
keberadaan wayang tersisihkan. Namun jika dilihat dan diamati lebih lanjut.
Media seperti tersebut hanya cocok dinegara maju seperti Amerika Serikat. Di
Indonesia sepertinya belum bisa untuk menghadapi kemajuan teknologi. Dimana
dengan adaya proyektor malah membuat pelajar bosan, karena harus melihat
tulisan yang berderet deret. Beda halnya dengan wayang.
Wayang disini bisa dikatan,
dengan seorang guru yang memainkan suatu barang untuk menjelaskan suatu materi
atau pelajaran ataupun juga memainkan sebuah wayang adapun juga menceritakan
tokoh pewayangan yang ada dalam wayang. Hal ini cenderung efektif dari pada
hanya melihat di LCD Proyektor. Penggunaan wayang sebagai media pembelajaran dilakukan melalui kegiatan
bercerita. Guru cukup menceritakan kisah pewayangan yang mengandung nilai kebaikan
serta mengajarkan karakter tokoh wayang tersebut untuk diteladani oleh siswa. Biasanya sambil
memberikan materi tentang pelajaran seni budaya, ibu Siti Fatimah juga
memberikan selingan cerita cerita pewayangan yang sikapnya erlu diteladani oleh
siswa, sehingga siswa tidak jenuh dengan pelajaran yang dibawakannya. Dengan perantara cerita wayang ini, siswa bisa belajar
berbagai karakter wayang yang pantas hingga yang kurang pantas diteladani
sekaligus memupuk pengetahuan tentang khasanah budaya Indonesia.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh wayang sebagai media pendidikan
karakter.
1.
wayang bersifat acceptable.
Artinya,
wayang sendiri merupakan bagian dari khasanah kebudayaan bangsa sehingga
bisa diterima oleh semua kalangan, baik oleh guru maupun siswa. Sehingga budaya
Indonesia bisa dilestarikan dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.
2.
wayang bersifat timeless
Berarti
tak lekang oleh waktu. Cerita pewayangan adalah cerita yang memiliki kesamaan dari waktu ke waktu.
Adanya sifat ini membuat wayang sebagai media pembelajaran karakter dapat
digunakan secara turun temurun pada generasi pelajar selanjutnya.”Oleh karenanya
wayang dapat dimainkan kapan saja, sehingga wayang sangat cocok untuk media
pembelajaran,” ujar ibu Siti Fatimah
3. wayang ini tidak membutuhkan banyak biaya seperti media lain serta praktis dan efisien.
Bercerita
tentang wayang tidak membutuhkan fasilitas penunjang dalam bentuk apapun. Yang
dibutuhkan hanyalah kemampuan guru dalam mengekpresikan cerita tersebut dalam
kalimat yang apik agar mudah dimengerti oleh siswa.
Wayang adalah warisan budaya nasional yang
patut dilestarikan oleh bangsa Indonesia. Penggunaannya sebagai media
pendidikan karakter menjadi komponen pendukung pembentukan karakter anak
bangsa sekaligus mempertahankan eksistensinya sebagai budaya bangsa. Hal ini tentu
akan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan menjaga kebudayaan wayang
agar tidak hilang.
C.
MISI PEMBELAJARAN DALAM WAYANG DI SMA NEGERI 1 SRENGAT
“Wayang sebagai warisan
budaya asli Indonesia
harus diteruskan dan diwariskan
dari generasi ke generasi”, ucap bu Fatimah. Hal ini
tidak boleh terputus
(kontinyu) dan dikembangkan dengan
mengadopsi kemajuan teknologi dan budaya diluar wayang (konvergen) tetapi sifat budaya wayang tetap harus ada (konsentris).
1.
Kontinyu
Kebudayaan
bersifat kontinyu, bersambung tak terputus-putus, berkembang maju, bukan
loncatan terputus-putus dari titik asal”.Loncatan putus akan
menyebabkan suatu proses akan kehilangan pangkal asal untuk maju selanjutnya
dan menyebabkan kesesatan karena kehilangan pegangan. Kemajuan suatu bangsa
adalah lanjutan garis hidup asalnya yang ditarik terus dengan menentukan
nilai-nilai baru dari bangsa sendiri maupun dari luar.
Sebagaimana halnya dengan wayang,
sebagai medium pendidikan pengembangan wayang harus dilakukan, di SMA Negeri 1 Srengat ibu Siti Fatimah tetap
mengusahakan untuk sesekali mementaskan sebuah wayang. Karena itu adalah seni
dari bangsa Indonesia. Beliau tidak ingin melupakan seni yang ada di Indonesia,
dan akhirnya akan terus ada (kontinyu)
2.
Konvergen
Konvergensi
ini juga disebut sebagai dasar kemasyarakatan, yaitu sambung hubungan kita
dengan masyarakat yang lebih luas. Semangat memencil dan penyakit
“kemurni-murnian” atau isolasi dan purisme akan membawa ke kematian. Dalam konteks
pendidikan wayang, pendidikan wayang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan
harus berhubungan dengan pendidikan lainnya,
Ibu Fatimah masih mencoba mengkobinaksikan dengan pendidikan Tehnik
Informatika, namun hal masih diupayakan karena sulitnya untuk membuat figure
wayang dalam pelajaran yang biasa dikenal TIK. Berbagai macam variasi wayang dalam kerangka seni
modern yang menggunakan sentuhan teknologi secara jelas akan mengembangkan seni
wayang itu sendiri. Termasuk wayang dari daerah lain akan sangat berguna untuk
memupuk dan mengembangkan pendidikan di Indonesia
3.
Konsentris
Alam
hidup manusia merupakan “alam hidup
berbulatan” yang digambarkan sebagai lingkaran-lingkaran besar kecil yang
semuanya bersatu titik pusat dimana orang duduk atau berdiri di atas titik
pusat itu. Lingkaran terkecil adalah alam diri pribadi, lingkaran diluarnya
adalah alam keluarga, lingkaran diluarnya yang lebih luas adalah alam bangsa
dan kebangsaan, dan yang terluas adalah alam manusia dan kemanusiaan. Sama halnya dengan
pendidikan wayang, keseluruhan aspek ataupun ranah, baik formal, informal,
ataupun formal harus bersinergi satu sama lain untuk mempertinggi derajad
kemanusiaan anak didik.
Dalam pelaksanaan pendidikan,
dibagi menjadi windu, windu pertama sampai 8 tahun, windu kedua sampai 16
tahun, windu ketiga sampai 24 tahun, dan windu selanjutnya. Sehingga
penanaman budaya Indonesia sendiri harus tetap dilakukan. Contohnya di SMA
negeri 1 Srengat, yaitu dengan menuggunakan media barang yang di gerakkan (bisa
disebut wayang) untuk tetap menjaga budaya di Indonesia. Walaupun hal ini tidak
dilakukan setiap minggu karena keterbatasan waktu, model pengajaran menggunakan
wayang sangat mengasyikan ujar salah satu siswa, karena hal itu menarik dan
berbeda dengan media pembelajaran lainnya.
Untuk
mendukung program wayang dalam
ranah pendidikan formal,
informal, dan nonformal diperlukan
orang-orang yang mencintai wayang dan mampu melakukan transfer ilmu dan kecintaan pada wayang.
Selanjutnya, perlu fasilitasasi,
misalnya perangkat wayang, gamelan, dan tempat pentas. Hal tersebut merupakan hambatan yang menimpa SMA
Negeri 1 Srengat, karena SMA ini tidak mempunyai sebuah set gamelan, ataupun
seperangkat wayang. Adapun hanya segelintir wayang saja yang dimiliki guru
pribadi. Teknologi bisa digunakan dengan membuat cerita atau gambar
wayang melalui teknologi
informasi yang saat ini sangat canggih, misalnya melalui teknik animasi,
melalui media sosial facebook, twitter,
email, dsb.
D. EKSISTENSI WAYANG DI SMA
NEGERI 1 SRENGAT
Dari hasil observasi yang
dilakukan,saya bisa mendapatkan informasi tentang wayang sebagai media
pembelajaran. Wayang disini bisa diartikan wayang kulit yang ada seperti
pagelaran wayang kulit, atau bisa diartikan dengan seorang guru mempunyai alat
peraga untuk menjelaskna kepada siswanya. Dari hasil obsevasi saya dapat saya
sampaikan bahwa di SMA Negeri 1 Srengat terdapat salah satu seorang guru yang
dapat mengaplikasikan wayang (dimana alat peraga) untuk menjadikan sebuah media
pembelajaran dalam SMA Negeri 1 Srengat. Beliau juga pernah memperagakan sebuah
wayang, tapi jarang dilakukan karena keterbatasan waktu unuk memperagakan
sebuah pentas wayang di dalam kelasnya. Menurut beliau, wayang kulit merupakan
media pembelajaran yang terbaik daripada media pembelajran LCD Proyektor.
Dikarenakan wayang lebih bersifat kedaerahan dan merupakan media pembelajaran
yang menarik, daripada LCD Proyektor yang cenderung membosankan karena harus
melihat ke layar terus tanpa ada hal yang menarik,”Ujar Ibu Siti Fatimah “.
Namun dalam pemberian materi dalam bentuk wayang
sangat sulit, karena belum cocoknya materi yang diajarkan dengan wayang kulit,
beliau hanya kadang kadang mementaskan wayang sebagai sarana hiburan edukaif
bagi siswanya. Beliau berharap untuk kedepannya , wayang kulit dapat dijadikan
media pembelajaran nasional, sehingga bangsa Indonesia mempnunyai kebangga
dalam media pembelajarannya. Dan juga beliau berharap kedepannya pemerintah
lebih peduli tentang nasib wayang, terutama kemdiknas untuk memberikan UU tentang
pelestarian wayang di sekolah,”pungkas Ibu Siti Fatimah.
No comments:
Post a Comment